"Gue ga ngerti pon kenapa nyokap lu ga betah tinggal di rumah ini. Rumahnya enak kok, jauh dari pusat kota cocok buat hari tua. Kan bokap lu udh pensiun juga, tinggal disini udaranya masih asri. Ga kaya di jakarta udah macet, sumpek!" Ujar gito pada klepon teman kuliahnya. Nama aslinya toni tapi teman - temannya lebih sering panggil dia klepon, karena gaya rambut botak tumbuh tipis - tipis serupa parutan kelapa pada kue klepon. Klepon menghela nafas lalu mencoba menjawab pertanyaan basa basi gito.
"Hmm. Iya sih sayang ini rumah dijual. Tp semenjak rumah ini jadi, nyokap ga betah disini. Dikontrakin pun yg ngontrak ga betah lama - lama. Katanya udaranya panas rumah ini. Mungkin karena fentilasinya kurang kali ya"
"Cuy, ini tuh bogor. sepanas2nya cuy, masih keguyur hujan. Ini belom maghrib aja dingin begini."
"Sekarang sih masih dingin, biasanya malem yang panas. Klo kata nyokap gw mah."
"Gw kok punya pikiran laen yak tentang rumah ini. Lu tau ga semacam kaya black magic gitu. entah ditaroin tanah kuburan, kembang setaman atau bahkan ditaro mahkluk halus buat nutup aura rumah ini. Makanya dikontrakin ga laku, dijual juga belom ada yg minat. Yang punya aja ogah tinggal disini"
"Gile luh anak jaman now pikirannya masih klenik. Gw sih ga percaya sama yang kek gitu. Mungkin emang lokasinya juga agak ke dalem jadi orang agak ribet akses kemana mana."
***
Gito terbangun dari tidurnya, dengan badan dipenuhi keringat. Entah kenapa malam ini terasa begitu panas. Berbeda dengan sore tadi.
Gito kemudian samar - samar mendengar suara rintihan anak kecil meminta tolong kepanasan, lalu kemudian suara itu makin keras. Dilihatnya klepon tengah tertidur pulas di sampingnya. Begitu lelap hingga gito tak tega mangusiknya.
Panaaas kak toloooong, panaaass~
Suara tersebut terdengar jelas oleh gito, suara anak laki2. Tapi siapa pikirnya. Malam ini hanya ada klepon dan dirinya di rumah ini. Seingatnya, mereka mulai tidur lewat tengah malam. Anak siapa yg malam - malam minta tolong. Gito mulai merasa ada yang aneh, bulu kuduknya mulai berdiri. Ia memaksa diri untuk tidur kembali, tapi hanya bisa sekedar terpejam dengan kesadaran penuh.
"Haduh ini ga beres nih, udah pasti demit nih"
Kaak, tolooong kak. Panaaaasss~
Suara tersebut perlahan makin senyap, kemudian suasana menjadi hening begitu sunyi. Yang terdengar hanya hembusan nafas kencang dari tubuhnya sendiri.
"Kata orang klo itu makhluk jauh malah kenceng suaranya, tapi klo dekat malah pelan. Hamsyong dah ini"
Sekejap seperti ada sesuatu didepan matanya, yang menyilaukan. Ada sensasi seperti terbakar sinar matahari pada wajahnya. Lalu gito memberanikan diri membuka matanya perlahan.
Pada saat membuka mata, yang terlihat di hadapannya terdapat sosok dengan kulit penuh luka bakar tengah memelototinya.
Sontak ia terkejut dari berlari ke luar kamar. Sampai ruang depan dilihatnya jam dinding baru menunjukan pukul 02.00 pagi
"Oh sh*t. Baru jam segini. Itu tadi apa ? Serem banget njiiir"
Kemudian gito mencoba menenangkan diri, setelah yakin sosok itu tidak mengejarnya. Ia memutuskan untuk menghirup udara di luar. Betapa kagetnya gito ternyata diluar terdapat seorang lelaki berpakaian serba hitam sedang menaburkan bunga setaman dari celah pintu pagar.
"Heh siapa lu ?!" Teriak gito, sadar ada yang memergoki aksinya lelaki itu pun melarikan diri. Gito berusaha mengejarnya. Dan lelaki itu pun akhirnya tertangkap oleh gito.
"Ampun, mohon ampun. Saya ga berniat jahat"
"Terus bapak ngapain naburin bunga kuburan gitu di rumah temen saya ? Bapak jangan - jangan yg jailin rumah itu ya"
"Bukan mas, bukan. Saya cuma lagi nengkokin anak saya. Nyekar"
"Hah nyekar ?! Maksud bapak ?"
"Sy warto pemilik lama rumah itu, sebelumnya kami tertimpa musibah. Anak saya mati terjebak kebakaran beberapa tahun lalu. Setiap malam kamis, sy cuma nyekar bawakan kembang. Supaya dia tenang. Ini permintaan anak saya, dia datangi saya dalam mimpi"
"Ini.. ini harus dikasih tau temen saya pak. Bapak ikut saya sekarang. Kita jelaskan ke dia."
Gito menggandeng tangan pak warto dan menggiringnya ke rumah. Sampai di rumah, pak warto disuruh menunggu di ruang tamu sementara dirinya ke kamar untuk membangunkan klepon.
"What the hell !!! Apa apaan ini ?! Ini ga mungkin... ga mungkiiiinnn ga mungkiiiinn !!!"
Gito berteriak histeris sambil menangis ketika ia mengetahui pemandangan di kamar. Di kamar itu klepon masih tertidur pulas. Disamping klepon terdapat sosok yang juga tertidur pulas. Namun sosok di samping klepon itu adalah gito. Gito melihat raganya tengah terbaring dengan wajah pucat, kaku, mata terpejam dan bibir tersenyum. Lalu dirinya ini siapa ?!
Dan yang ada di samping klepon siapa ?! Apakah gito sudah meninggal dunia ?!
Gito berteriak sejadi - jadinya...
***
"Istigfar to, istigfar... To bangun to, lu kenapa sih jangan nakutin gw to." Kata klepon sambil mengoyak - ngoyak tubuh gito berharap gito segera sadarkan diri.
***
"Gw dari tadi ga bisa tidur orang gerah banget. Gw main game online aja, elu tuh tidur ga baca doa kali. Lagian gw ajakin mabar malah keburu molor. Mana mimpi heboh banget pake teriak2 ga jelas." Jelas klepon kepada gito, setelah gito sadar dan kini dalam kondisi tenang.
"Sebentar pon, gw mau keluar. Mau mastiin itu mimpi maksudnya apa. Kok kaya yang nyata banget gitu" ujar gito lalu berjalan ke arah luar untuk memastikan petunjuk di mimpinya.
"Pon klepon, sini pon. Pon keluar sini pon"
"Tuh kan bener, ini ada nih yg nebar bunga kuburan di sini. Jadi tadi mimpi gw tuh kaya ngasih petunjuk atau apasih. Ini kenapa bunganya beneran ada di sini pon ?!" Tambah gito lengkap dengan wajah panik.
"To, lu tenang aja dulu. Gw lupa cerita, klo tiap minggu gw nengokin rumah ini. Selalu banyak sampah bunga2an disini. Gw mah santuy aja, gw pikir inimah kebawa angin gitu. Jadi gw sapuin aja beres. Gw ga tau klo ternyata beneran ada yg sengaja nebar bunga seger kaya gini tiap kamis."
"Wah gila inimah pon. Bisa gila nih gw... berarti mimpi gw tadi bener dong. Ini rumah tuh dulunya bekas kebakaran, dan makan korban anak kecil. Bapaknya yg tiap kamis malem nebar bunga ini buat nyekar anaknya. Mungkin itu juga yg bikin ini rumah hawanya panas banget. Cobalah besok lu tanyain pak RT, dia kan udh lama di sini, kali aja dia tau ceritanya. Siapa yg mau beli, klo rumah bermasalah kek gini."
"Pemilik rumah lama gimana sih to, nyokap bokap gw dulu beli tanah kosong. Mereka yang bangun rumah ini, bikin pondasi dari awal. Dan ini juga bukan bekas pemakaman. Mau nyekar gimana sih maksudnya."
***
"Yang ada di mimpimu itu pak warto? Ya sudah anggap aja cuma bunga tidur. Cuma mimpi kok." Kata pak RT setelah mendengar cerita Gito.
"Tp itu bunga kenapa beneran ada disitu pak ?!"
"Pak warto juga korban kebakaran tersebut." Tambah pak RT.
"Bajiguuur... Ternyata dia juga demit kan pon"
"Elu diem dulu, biar pak RT jelasin" klepon berusaha menenangkan gito.
"Eh diminum dulu kopinya nak. Biar ga terlalu tegang. Temenmu ini kayanya syok banget."
"Jd waktu itu bu lastri istrinya pak warto, pulang kampung mau lahiran disana. Pak warto dan anaknya danang tinggal disini karena danang masih bersekolah. Mereka tewas karena terjebak kebakaran sewaktu tidur. Karena kejadian malam hari banyak warga yang masih tertidur juga, pada saat mereka mau ditolong mereka sudah tertimpa atap rumah yang terbakar. Istrinya akhirnya memutuskan untuk merobohkan rumah dan menjual tanah saja. Kejadian ini tidak diceritakan oleh warga agar tanahnya laku terjual. Semenjak kejadian itu, tiap kamis malam warga yang melintasi tanah itu selalu diganggu sosok yang menjelma sebagai pak warto dan danang untuk meminta ditaburi bunga setaman di tempat kejadian. Jadi sebenarnya kembang setaman itu warga yg ronda yg rutin menebarkannya."
"Dan ibu kamu adalah orang yang tertarik untuk beli tanah ini karena memang harganya sangat jauh dari harga pasaran. Menurut saya, km selaku pemiliknya sekarang berhak tahu asal muasal rumah itu. Maafkan sy baru bercerita sekarang. Sy juga ga tega liat lastri waktu itu. Jadi sy ikut bungkam. Sampaikan maaf ini ke bapak ibumu ya nak toni"
Tamat~~
Oleh : Lia
No comments:
Post a Comment